Welcome :)

dinifahma.blogspot.com

Kamis, 19 Mei 2016

Curhat: Cita-cita



Suatu saat aku ditanya seorang saudari, “dulu (sebelum ngaji) pernah mencita-citakan apa mbak?”
Aku terhenyak. Berpikir sebentar. Dan merenung. “apa jadi wanita karir? Sekolah tinggi di luar negeri?”
Mencoba menerobos bagian masa lalu, dan mencoba mengingat barangkali mendapatkan jawaban dari pertanyaan itu.
“hmm sudah lupa dek.. hehe”
Benar lupa. 

Atau aku memang tidak ada tujuan hidup? Atau cita-cita di masa lalu?
Yang kuingat aku ingin membanggakan orang tuaku, ingin banyak prestasi. Ingin punya piala. Hihi walaupun tidak kesampaian juga.
Begitupun saat di perguruan tinggi, aku hanya ingin membanggakan orang tuaku. Tidak muluk-muluk, mereka tidak memintaku untuk keluar negeri atau bekerja dengan gaji fantastis.
Alhasil, tujuan dan cita-citaku adalah MEMBANGGAKAN mereka. Hanya itu. Walaupun di bangku kuliah aku juga tidak bisa membanggakan mereka seperti yang pernah dilakukan kakak.
Menjadi siswa terbaik di SD, menjadi siswa dengan nilai tertinggi di SMP, wakil olimpiade nasional di SMA, menjadi salah satu mahasiswa dengan IP tertinggi. Itu yang dilakukan kakak. MasyaAllah
Nope! Aku tidak mewujudkan cita-cita; membanggakan orang tua.

Yang ku fahami (dulu), bagian membanggakan orang tua adalah dengan PRESTASI. Aku berpikir demikian. Ya di bangku kuliah, cukup membangakan dengan satu piala hadiah menulis essay, sertifikat salah satu kompetisi di Jogja, dan LULUS tepat waktu.
Pernah suatu saat aku mengutarakan ingin ke luar negeri, di awal-awal kuliah. “Kuliah S1 nya harus selesai”
Ya aku menangkap, salah satu hal yang membanggakan kedua orang tua adalah lulus tepat waktu. Baiklah, akan kulakukan.
Tidak muluk-muluk kan?
Pernah juga ikut suatu kompetisi di luar kota, orang tua TIDAK menanyakan JUARA berapa? Malah ibu menanyakan, “Kapan pulang?”
Ku tangkap, prestasi bukan segalanya yang dapat MEMBANGGAKAN. Mereka ingin keselamatan anaknya. Dan mungkin mau bilang “jangan kluyuran lagi” hehe

Dan, pasca kampus.. aku sempat stress, “kerja apa aku nanti? Apa nikah aja ya? Apa kuliah lagi ya? Apa pilihanku tidak mengecewakan mereka?”
Akan begitu menyeramkan dipaksa untuk bekerja ikhtilat atau disuruh menikah dengan orang yang tak kusukai.
Namun, orang tua tidak pernah memaksakan kedua hal itu..
Orang tua bebas memberikan pilihan padaku, bekerja dimana, apa yang kulakukan.. dan ternyata PASCA kampus tidak seseram kelihatannya.

Pernah suatu kali ditanyai, apa kembali lagi ke Surabaya?
Hmm.. buat apa? Safar lagi?
Melelahkan.. aku jawab seperti itu. Aku disini saja, menimba ilmu, belajar di ma’had.
Orang tua menyetujui.

Pernah suatu saat ditawari proyek di luar pulau, jelas hal itu tidak kusukai. Bapak juga, karena jauh dan di daerah itu minoritas muslim. Kemudian ibu seperti memintaku berpikir ulang, aku katakan “Ibuu, banyak anak perempuan yang jauh dari rumaah.. dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan orang tuanya. Mereka sangat ingin dekat dengan orang tua… Dini sudah dekaat dengan orang tua, masak mau PERGI?”

Dan sekarang.. aku baru sadar bagian MEMBANGGAKAN orang tua bukan memenuhi apa-apa yang mereka INGINKAN. Bukan melulu dengan prestasi. Bukan tentang harta dan keduniaan.
Membanggakan orang tua dengan komunikasi terbaik, menyampaikan apa kata hati dengan santun, menyampaikan yang HAQ dengan logis dan hikmah, menyampaikan bahwa pilihan Terbaik adalah sesuai dengan syariat Allah.
Aku belum bisa demikian.
Namun, cita-cita terbesarku adalah membanggakan mereka berdua.. semoga sampai di surga…
 
Jember, 18 Desember 2015


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar